Jakarta, Serasi—Naila Novaranti, wanita kelahiran tahun 1981 yang memiliki darah Minang-Sunda ini merupakan atlet dan instruktur skydiving di 46 negara. Sebelum dikenal sebagai atlet dan instruktur olahraga ekstrem skydiving, Naila berkarier sebagai sekretaris pada sebuah perusahaan minyak di Jakarta pada 2001. Pada tahun 2006, Naila pindah ke perusahaan Amerika Serikat lainnya dan bekerja sebagai staf pemasaran pada perusahaan pemasaran peralatan terjun payung kelas atas di dunia yang bernama "Aerodyne" yang berbasis di Florida. Pengalamannya sebagai atlet skydiving internasional membuat ia dipercaya sebagai Duta Wisata Udara oleh World Tourism Park Forum (WTP Forum) tombak awal menekuni skydiving.
Awalnya ia hanya mempelajari spesifikasi produk dari “Aerodyne” untuk memasarkannya. Namun pada perjalanannya, ia terbawa lingkungan untuk belajar olahraga ekstrem tersebut. Naila tertarik untuk ikut aktif sebagai penerjun payung. Ia belajar freefall di salah satu kantor tempatnya bekerja di Florida, Amerika Serikat. Florida selama ini dikenal sebagai kiblat terjun payung dunia. Tidak heran jika Naila dapat terjun sampai 10 kali per hari. Talenta terjunnya terasah dengan baik. Akhirnya, sampai ia menduduki posisi Manager Marketing untuk produk militer, perusahannya meminta Naila sekaligus untuk melatih kesatuan-kesatuan militer yang menjadi kliennya. Naila harus mendemonstrasikan produk yang ia jual, sampai melatih pemakaiannya secara langsung.
Moment Awal Skydiving
Pada tahun 2009 Naila melakukan terjun payung pertamanya. Ia terus meningkatkan kemampuannya dengan menimba ilmu di USPA (United States Parasut Association) di Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi atlet skydiving profesional dan bergabung dengan tim skydiving internasional "Simba". Ia disebut sebagai wanita Indonesia pertama yang bergabung dengan tim yang berpartisipasi dalam kompetisi skydiving internasional itu.
Naila memiliki tim terjun yang amat berprestasi di dunia yaitu Tim Simba. Tim tersebut menjadi juara 1 Kompetisi Indoor Skydiving Shamrock Showdown di Amerika Serikat pada Maret 2017. Tim Simba tercatat bertengger di peringkat tiga besar dunia terjun freefall kelas AA. Naila mengatakan dirinya maupun dengan timnya belum pernah mendapat juara 2 pada ajang apapun, tetapi selalu juara satu.
Ia merasa beruntung perusahaannya tidak menuntut untuk menetap di Florida. Naila pun lebih memilih repot bolak-balik Florida-Tangerang, ketimbang harus menetap di sana. Setiap bulan sekitar 1 minggu ia ke Amerika Serikat, kemudian kembali ke Indonesia. Naila menyebut, orang Indonesia yang membawa sifat-sifat baik khas Indonesia ke luar negeri pasti diminati dan disukai oleh orang luar negeri.
Ia juga menjelaskan bahwa peralatan dan keahlian para pemandu skydiving di Nusawiru ini sudah memenuhi standar internasional. Para pecinta Skydiving dari beberapa negara bahkan mengakui keindahan alam Pangandaran dari atas awan ini. Selain itu biayanya juga tergolong terjangkau, sekitar Rp600.000 untuk sekali terjun.
"Sensasinya nggak kalah dengan lokasi skydiving terkenal lainnya di dunia, apalagi lokasinya di dekat laut," tambah dia.
Naila juga meyakinkan, terkait keamanan tidak perlu khawatir karena dua tahun terakhir keamanan parasut sudah punya yang paling terbaru. Pihak manajemen juga sudah rajin service untuk parasut sehingga lebih aman.
Di balik prestasi gemilangnya dalam dunia skydiving, Naila juga pernah mengalami risiko. Ia pernah mengalami patah tulang di bagian tangan dan kaki yang membuatnya harus vakum selama enam bulan untuk memulihkan kondisi. "Tangan dan kaki saya pernah patah, tukang ekor bermasalah. Dua minggu lalu malah parasut saya tak bisa dibuka, padahal sudah dekat 700 kaki dari darat," ujar Naila.
Naila mengakui bahwa dirinya sempat trauma usai mengalami kecelakaan saat menekuni hobi yang kini menjadi profesinya ini. Namun kecintaannya dengan dunia terjun payung melebihi rasa takutnya sehingga ia tetap menjalaninya.
Naila berencana untuk meluaskan pengalamannya di bidang lain, namun yang masih berkaitan dengan produk-produk militer dan hobi luar ruangan. Beberapa perusahaan, seperti produsen alat selam, sepatu militer, hingga kompetitor Aerodyne pun sudah berebut meminang Naila menjadi karyawan mereka.
Tonton video latihan Naila di sini.
Peliput, penulis dan Fotografi : Anggita Hutami R
Penyunting : Nurnafisah
Naila memiliki tim terjun yang amat berprestasi di dunia yaitu Tim Simba. Tim tersebut menjadi juara 1 Kompetisi Indoor Skydiving Shamrock Showdown di Amerika Serikat pada Maret 2017. Tim Simba tercatat bertengger di peringkat tiga besar dunia terjun freefall kelas AA. Naila mengatakan dirinya maupun dengan timnya belum pernah mendapat juara 2 pada ajang apapun, tetapi selalu juara satu.
Tetap Pulang Kampung Ke Indonesia
Walau perusahaan tempatnya bekerja berbasis di Amerika Serikat, dan memiliki suami berkewarganegaraan Inggris, Naila tidak berpikir untuk memboyong seluruh keluarganya pindah ke negeri "paman Sam". Baginya, hidup di Indonesia itu amat menyenangkan. Menurutnya orang Indonesia adalah orang yang punya loyalitas tinggi terhadap pekerjaan. Selain itu, orang Indonesia adalah manusia yang ringan tangan, mau membantu orang lain walaupun bukan pekerjaan utamanya. Ia juga mengakui rasa kebanggaannya menjadi warga negara Indonesia, "Saking bangganya sebagai warga negara Indonesia saya selalu menyematkan lambang bendera Indonesia di bagian lengan kostum saat perlombaan," pungkasnya.Ia merasa beruntung perusahaannya tidak menuntut untuk menetap di Florida. Naila pun lebih memilih repot bolak-balik Florida-Tangerang, ketimbang harus menetap di sana. Setiap bulan sekitar 1 minggu ia ke Amerika Serikat, kemudian kembali ke Indonesia. Naila menyebut, orang Indonesia yang membawa sifat-sifat baik khas Indonesia ke luar negeri pasti diminati dan disukai oleh orang luar negeri.
Lokasi Terjun Andalan Indonesia
Ketika ditanya mengenai wisata udara andalan di Indonesia, Naila yang juga merupakan Duta Wisata Udara oleh WTP Forum merekomendasikan Nusawiru. "Nusawiru, Jawa Barat itu sudah dijadikan objek wisata udara untuk umum," ujar Naila.Ia juga menjelaskan bahwa peralatan dan keahlian para pemandu skydiving di Nusawiru ini sudah memenuhi standar internasional. Para pecinta Skydiving dari beberapa negara bahkan mengakui keindahan alam Pangandaran dari atas awan ini. Selain itu biayanya juga tergolong terjangkau, sekitar Rp600.000 untuk sekali terjun.
"Sensasinya nggak kalah dengan lokasi skydiving terkenal lainnya di dunia, apalagi lokasinya di dekat laut," tambah dia.
Naila juga meyakinkan, terkait keamanan tidak perlu khawatir karena dua tahun terakhir keamanan parasut sudah punya yang paling terbaru. Pihak manajemen juga sudah rajin service untuk parasut sehingga lebih aman.
Di balik prestasi gemilangnya dalam dunia skydiving, Naila juga pernah mengalami risiko. Ia pernah mengalami patah tulang di bagian tangan dan kaki yang membuatnya harus vakum selama enam bulan untuk memulihkan kondisi. "Tangan dan kaki saya pernah patah, tukang ekor bermasalah. Dua minggu lalu malah parasut saya tak bisa dibuka, padahal sudah dekat 700 kaki dari darat," ujar Naila.
Naila mengakui bahwa dirinya sempat trauma usai mengalami kecelakaan saat menekuni hobi yang kini menjadi profesinya ini. Namun kecintaannya dengan dunia terjun payung melebihi rasa takutnya sehingga ia tetap menjalaninya.
Memulai Skydiving Untuk Pemula?
Naila menyarankan untuk siswa baru di dunia skydiving untuk mencoba wind tunnel terlebih dahulu, wind tunnel adalah peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian aerodinamik setelah mencoba wind tunnel siswa akan dibawa untuk tandem (sepeda yang dinaiki dua orang atau lebih dengan duduk berurut ke belakang dan semuanya mengayuh) sebanyak 3 kali sebelum accelerated freefall (AFF).Naila berencana untuk meluaskan pengalamannya di bidang lain, namun yang masih berkaitan dengan produk-produk militer dan hobi luar ruangan. Beberapa perusahaan, seperti produsen alat selam, sepatu militer, hingga kompetitor Aerodyne pun sudah berebut meminang Naila menjadi karyawan mereka.
Tonton video latihan Naila di sini.
Peliput, penulis dan Fotografi : Anggita Hutami R
Penyunting : Nurnafisah
Tidak ada komentar: